Guru masa ke-21 harus mempunyai sejumlah karakteristik yang sempurna untuk mengajar siswa milenial |
Guru masa ke-21 harus mempunyai sejumlah karakteristik yang sempurna untuk mengajar siswa milenial. Karakteristik tersebut antara lain menimbulkan siswa sebagai producer, berguru teknologi baru, berwawasan global, siap dengan era digital, berkolaborasi, pembelajaran berbasis proyek, dan terus berinovasi.
Dosen Universitas Pakuan Bogor Dr Yuyun Elizabeth Patras MPd mengemukakan, model pembelajaran atau cara/teknik yang dipakai oleh seorang guru bergantung kepada karakteristik penerima didik, karakteristik kompetensi yang harus dikuasai oleh penerima didik, dan daya dukung lingkungan belajar.
“Model pembelajaran masa ke-21 merupakan cara/teknik yang dipakai guru untuk memfasilitasi pengaman berguru terbaik anak sesuai dengan kondisi anak, lingkungan berguru anak, dan daya dukung yang dimiliki,” kata Yuyun yang lansir dari Republika (07/02/18).
Salah satu model pembelajaran masa ke-21 ialah Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek). Model pembelajaran ini bertujuan menemukan sendiri dan merampungkan suatu kegiatan/proyek. Selain itu, menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku tertentu ke dalam banyak sekali konteks dalam merampungkan proyek, serta interpersonal skills dan berkolaborasi dalam suatu tim.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain, adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada penerima didik; penerima didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan; penerima didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola isu untuk memecahkan permasalahan; dan proses penilaian dijalankan secara kontinyu.
“Selain itu, penerima didik secara bersiklus melaksanakan refleksi atas acara yang sudah dijalankan; produk simpulan acara berguru akan dievaluasi secara kualitatif; dan situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan,” papar Yuyun.
Baca: 4 Hal yang Mencerminkan Pembelajaran Abad 21
Sistem penilaian proyek meliputi tiga hal, yakni kemampuan, relevansi, dan keaslian. Kemampuan pengelolaan ialah kemampuan penerima didik dalam menentukan topik, mencari isu dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. Relevansi ialah kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
“Adapun keaslian ialah proyek yang dilakukan penerima didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan donasi guru berupa petunjuk dan pinjaman terhadap proyek penerima didik,” terang Yuyun.
Advertisement